Lokasi bagi peternakan lebah hendaknya berada di daerah yang berhawa
sejuk dan nyaman, tidak berangin kencang, tidak bising, dan dekat aliran
air atau yang menghadap ke arah timur, agar dapat menerima sinar
matahari pagi untuk kesehatan rumah tangga lebah. Lokasi peternakan
lebah tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat
mempengaruhi produksi madu. Jarak antara stup hendaknya paling sedikit
dua meter. Jarak lokasi dengan sumber air minimal 200-300 meter agar
memudahkan lebah
menyejukkan sarangnya di musim kemarau. Dalam pembudidayaan lebah
diperlukan lokasi yang baik. Selain kriteria diatas, penentuan lokasi
hendaknya memperhatikan ketersediaan air bersih sepanjang tahun, suhu
udara 20–34 0C dengan kelembaban 70-80%, jauh dari bau dan asap yang
menyengat, tersedianya pakan lebah berupa nektar dan tepung sari yang
cukup dengan jarak radius terbang lebah yaitu 1,5–2,0 km, serta
mengetahui jenis tanaman pakan, jenis bunga yang disukai dan masa
pembungaan tanaman.
Budidaya
Dengan jalan pengembangbiakkan, lebah penghasil madu dapat ditingkatkan
mutunya. Mutu yang dikehendaki meliputi bermacam-macam sifat ekonomis,
yaitu kesuburan berkembang biak, aktif mengumpulkan nektar dan makanan,
kebal terhadap serangan penyakit, tidak mudah hijrah, berumur panjang,
memiliki kemampuan terbang yang baik, ketajaman penciuman, pertahanan
diri yang kuat, rajin menyimpan madu dan hemat, memiliki kemampuan
membangun sarang yang baik, jinak, berwatak halus, memiliki sifat
menjaga kebersihan dan kerapihan, tidak suka menyerang dan marah, tetapi
tidak
kehilangan sifat mempertahankan diri. Peternak yang hanya memiliki
beberapa koloni, cukup memilih ratu yang terbaik diantara koloni yang
ada. Tujuan utamanya adalah produktivitas. Ada tiga cara untuk budidaya
ratu lebah yaitu Miller, Doolitle, dan Stanley.
Lebah pekerja adalah lebah berkelamin betina tidak sempurna dan dalam
siklus hidupnya tidak melakukan perkawinan. Dalam keadaan memaksa,
misalnya ratu atau larva calon ratu tidak ada maka lebah pekerja akan
bertelur karena naluri kebetinaannya dan sebagai usaha mempertahankan
koloninya, akan tetapi telur yang dihasilkan adalah telur yang tidak
dibuahi sehingga jika menetas akan menjadi lebah jantan. Pada akhirnya
koloni lebah akan punah dengan sendirinya. Kejadian tersebut dalam
kehidupan
lebah madu disebut sifat parthogenesis. Dalam perkawinan lebah madu, ada
dua peristiwa yang sangat menentukan terhadap aktivitas perkembangan
koloni yaitu inbreeding dan out-breeding.
a. Inbreeding
Inbreeding adalah pembiakan atau perkawinan ternak yang induknya
mempunyai hubungan keturunan yang sangat dekat. Inbreeding mempunyai
pengaruh negatif terhadap pertumbuhan, penurunan produksi dan efisiensi
reproduksi, serta lebih mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan yang
jelek
sehingga tingkat kematian anak lebih tinggi. Daya penetasan hanya
sebesar 50% dan produktivitas koloni rendah sehingga harus dihindari.
b. Out-breeding
Out-breeding adalah perkawinan yang hubungan kekeluargaannya jauh atau
kedua induk tidak mempunyai hubungan leluhur paling sedikit empat
generasi. Out-breeding sampai saat ini tetap memegang peranan penting
dalam perbaikan mutu ternak lebah. Perkawinan ini merupakan cara terbaik
dengan daya tetas bisa mencapai bisa mencapai 100%. Namun, banyak atau
sedikitnya anggota koloni dan produktivitas koloni sangat tergantung
pada kualitas ratu, kualitas dan kuantitas sperma jantan.
Untuk mempertahankan jumlah koloni maka perlu dilakukan penggabungan
maupun pemecahan koloni sedangkan untuk mengatasi masalah ketersediaan
pakan dapat dilakukan pengangonan ke berbagai lokasi yang potensial.
Penggabungan koloni dilakukan bila koloni terlalu lemah sedangkan
pemecahan koloni dilakukan bila koloni terlalu kuat. Penggabungan koloni
dapat dilakukan antara koloni lebah yang lemah dan atau tidak mempunyai
ratu dengan koloni lain yang beratu. Penggabungan dapat juga dilakukan
apabila kita menginginkan koloni lebah yang kuat yang penuh lebah
pekerja. Penggabungan koloni lebah sebaiknya dilakukan pada saat musim
hujan untuk mempertahankan keberadaan dan keselamatan koloni serta
dilakukan pada waktu sore hari setelah lebah berkumpul di dalam sarang.
Pemecahan koloni dilakukan bila populasi lebah banyak di setiap koloni.
Pemecahan koloni dapat dibagi menjadi dua koloni yang baru. Satu bagian
koloni tetap dengan ratu yang lama dan koloni lainnya diberikan ratu
baru hasil program Queen Rearing (budidaya lebah ratu). Pemecahan ini
biasanya dilakukan pada sore hari.
Pengangonan dilakukan untuk mengatasi masa paceklik dimana tanaman pakan
lebah di lokasi pengangonan memiliki ketersediaan polen dan nektar yang
cukup banyak. Kekurangan nektar bisa diatasi dengan memberikan
stimulasi gula dengan sirup tetapi hal ini tidak boleh terus menerus.
Hama dan Penyakit
Koloni lebah dan madu yang dihasilkan tidak terlepas dari hama dan
penyakit. Penanggulangan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya dengan cara mekanis, kimiawi (insektisida),
varietas (generasi lebah yang tahan terhadap hama dan penyakit), biologi
(memutuskan siklus hidup hama atau mikroorganisme), sanitasi, dan
eradikasi (memusnahkan inangnya).
Cara mekanis merupakan pengendalian dengan memperlakukan jasad
pengganggu secara mekanis, menangkap dan membinasakannya. Cara ini
dilakukan bila populasinya dalam jumlah sedikit dan dapat dikenali
dengan segera. Cara kimiawi adalah pengendalian yang dilakukan sebagai
alternatif terakhir apabila populasi pengganggu dalam jumlah yang
melebihi batas kewajaran. Bahan kimia yang digunakan disesuaikan dengan
hama atau penyakit yang berjangkit baik jenis insektisida, bakterisida
maupun formulasi (cairan emulsi, butiran, dll). Cara varietas
dimaksudkan untuk mendapatkan generasi baru yang lebih tahan terhadap
serangan hama dan penyakit.
Generasi yang lebih tahan didapatkan dari seleksi yang ketat terhadap
populasi yang ada dari berbagai lokasi. Cara biologi merupakan
pengendalian yang dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan perilaku hama
dan penyakit, seperti memutuskan siklus hidup atau menggunakan musuh
alami dengan
cara melepaskannya dalam populasi predatornya. Cara sanitasi pada
prinsipnya adalah menjaga lingkungan habitat atau populasi inang agar
tetap bersih, sehingga tidak mengundang kehadiran hama maupun penyakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar